Sistem Bagi Hasil Usaha Tani dalam Komunitas Masyarakat Aceh

Sari

Mawah adalah sebutan bagi hasil bagi masyarakat Aceh yang berarti akad kerjasama usaha. Mayoritas masyarakat Aceh sudah mengenal istilah mawah dari dulu dan sudah sering dilakukan dalam perjanjian pengelolaan pertanian. Dalam implementasinya sebahagian masyarakat menyandang sebagai pemilik lahan sebahagian lagi sebagai penggarap. Hasilnya nanti akan dibagi sesuai kesepakatan. Selain mawah, di Aceh juga terdapat pelaksanaan bagi hasil usaha tani dengan sistem gala dan sewa. Dari ketiga sistem tersebut, sistem mawah yang paling sering diterapkan.

Berbagai masalah mawah timbul dibelakangan. Jika hasil panen dianggap kurang memuaskan, maka petani penggarap meminta keringanan pembayaran pada pemilik lahan. Petani menyerahkankan porsinya lebih kecil dari hasil kesepakatan diawal, namun sebaliknya jika hasil panen melimpah, petani penggarap tidak memberikan hasil pembagian sesuai dengan hasil kesepakatan. Mereka memberikan sesuai kesepakatan diawal. Cara seperti ini ditengarai merugikan salaha satu pihak dan tentunya melanggar prinsip syariah. Meskipun cara mawah Aceh sudah lazim dilaksanakan dalam komunitas petani di Aceh, namun sistem tersebut diduga tidak sepenuhnya mengandung unsur syariah. Kesepakatan dan perjanjiannya yang telah disepakati bersama sebelumnya sangat rentan untuk dilanggar (wanprestasi) oleh petani penggarap.