Implementasi e-Raport Stunting pada Studi Kasus di Desa Meunasah Mesjid Berbasis Web

Husaini Husaini, Hari Toha Hidayat, Nanang Prihatin, Umri Erdiansyah, Anwar Anwar

Sari


Balita pendek (stunting) merupakan kejadian akibat kurangnya gizi. Banyak terjadinya stunting diakibatkan kurang pahamnya pengetahuan dari keluarga balita tentang bagaimana memenuhi asupan gizi untuk anaknya. Bahkan yang sering terjadi kurang pedulinya orang tua untuk memeriksakan anaknya pada kegiatan posyandu sehingga banyak terjadi keterlambatan dalam penanganan kurang gizi pada anak. wilayah di Indonesia. Bahkan masalah ini merupakan sebuah fenomena yang menjadi pusat perhatian badan kesehatan dunia WHO serta Pemerintah Pusat. Aceh menempati posisi nomor ke 5 Propinsi dengan angka stunting tertinggi secara nasional. Hasil survei status gizi Indonesia (SGGI) prevalensi balita stunting Indonesia pada tahun 2022 Aceh sebesar 31,2%. Adapun Aceh hanya mampu memangkas angka stunting sebesar 2 poin dari tahun sebelumnya pada tahun 2021 sebesar 33,2%. Lhokseumawe termasuk urutan ke 15 Kabupaten/Kota di Propinsi Aceh dengan angka stunting tertinggi sebesar 28,1% pada tahun 2022. Tingginya kasus stunting di Lhokseumawe diperlukan kerja bersama untuk mengatasi permasalahan tersebut. Keterbatasan tenaga medis dan kurangnya pemahaman masyarakat terhadap stunting menyebabkan tingginya kasus tersebut. Selain itu, kurang pedulinya masyarakat akan pentingnya kesehatan, asupan gizi serta  imunisasi bagi balita bisa menjadi faktor penyebab tingginya angka stunting. Sulitnya dalam monitoring perkembangan gizi balita juga menyebabkan terlambatnya  penanganan dan pencegahan stunting. Banyak masyarakat yang kurang sadar dalam mengisi buku kesehatan ibu dan anak (BKIA) yang diberikan oleh pihak puskesmas untuk mengontrol perkembangan dari balitanya. Dengan menggunakan metode Z-Score maka akan memudahkan dalam melakukan pemeriksaan terhadap untuk melihat apakah terjadi kasus stunting atau tidak. Berdasarkan dari hasil pemeriksaan dapat disimpulkan bahwa pada desa meunasah masjid terdapat 8 anak balita mengalami berat badan yang sangat kurang berdasarkan hasil pemeriksaan BB/U. Kemudian terdapat 12 anak balita dengan kategori sangat pendek berdasarkan hasil
pemeriksaan TB/U. Sedangkan pemeriksaan BB/TB menunjukkan 2 anak mengalami gizi buruk dan 8 anak mengalami gizi kurang. Sementara hasil pemeriksaan IMT/U menunjukkan 6 anak membutuhkan perhatian dikarenakan masuk dalam kategori gizi kurang. Hasil ini menunjukkan bahwa pada desa meunasah masjid masih banyak anak yang masuk dalam kategori stunting. Agar stunting ini bisa terselesaikan maka butuh perhatian dari pemerintah dalam hal penambahan asupa gizi pada anak yang terkategori stunting.

Teks Lengkap:

PDF

Referensi


https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2023/02/15/in

i-wilayah-aceh-dengan-prevalensi-stunting-tertinggi-

pada-2022.

[2] https://marjinal.id/rembuk-stunting-dibuka-ini-

angka-stunting-di-kota-lhokseumawe.

[3] Kinanti Rahmadhita, 2020, “Permasalahan Stunting

dan Pencegahannya”, Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi

Husada, Vol 11 Nomor 1, Hal 225 – 229

[4] Ellen Sugiantoro, dkk. 2020. Aplikasi Gizi Anak

Perempuan Menggunakan Metode Z-Score. e-Proceeding of Engineering: Vol 7 No 1. ISSN: 2355-

Hal 1434 – 1440

[5] Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 2 Tahun 2020 tentang Standar Antropometri

Anak

Windha Mega Pradnya Dhuhita, 2015 , “Clustering

Menggunakan Metode K-Means untuk Menentukan

Status Gizi Balita”, Jurnal Informatika Vol 15 Nomor 2

Tahun 2015, Hal 160 – 17


Refbacks

  • Saat ini tidak ada refbacks.


##submission.copyrightStatement##

##submission.license.cc.by-sa4.footer##

Creative Commons License

Prosiding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License

© 2017 All rights reserved |Seminar nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe p-ISSN:2598-3954.

.